Oleh:
Frans Eka Dharma K alias Ances.
Berkibarlah bendera One Piece. Berkibarlah bersama sang saka merah putih. Ini bukan perayaan 17 Agustusan yang biasa. Ini bisa dibilang diluar “Nurul”.
22 Juli 1996 sekelompok anak muda mendeklarasikan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Kehadiran sekelompok anak muda yang menenteng mimpi melawan sebuah rezim otoriter orde baru dan mengantikan rezim korup tersebut dengan gagasan baru, bak para pemuda polos; kurus-kurus, sedikit kumel, dan modalnya? Cuma semangat yang bikin saweran uang jajan jadi modal bikin partai. Ini bukan cerita komik, ini fakta sejarah yang mungkin seperti cerita komik!
Lantas 1 tahun kemudian ditanggal yang sama, untuk pertama kali sebuah komik di Jepang terbit, namanya “One Piece”. Komik karya seniman Jepang Eiichiro Oda. Tak ada yang terlihat agak lain. Jepang santai-santai ajah. Dan mungkin komik manga memang hanya dibaca oleh anak kecil yang mungkin usianya waktu itu masih SD.
Kemudian tak terduga pada tahun 1998, dari anak-anak muda yang bermodal saweran bercita-cita bangun partai untuk menggulingkan Orde baru justru memotivasi kalangan anak muda lainnya bergerak lewat gerakan mahasiswa. Dan, sekali lagi, bak kisah komik, anak-anak muda mempertaruhkan nyawa, bahkan kisah percintaannya ditinggalkan, dan bikin semua ayah-ibu yang kasih modal kuliah khawatir hasrat macam apa yang di impikan pemuda-pemudi yang sedang dalam pendidikan universitas berbaris di jalan-jalan dan kemudian menduduki kantor-kantor pemerintahan? 21 Mei 1998, diktator paling kuat yang didukung militer jatuh ditangan anak muda!
Komik manga One Piece asal jepang tersebut sendiri baru di adaptasi ke bahasa Indonesia pada tahun 2002. 4 tahun pasca gerakan reformasi 1998. Pembaca One Piece awal di Indonesia mungkin saja anak-anak SD maupun SMP, mungkin juga sudah SMA. Mereka generasi baru yang tidak ada hubungannya dengan aktipis mahasiswa era 1998. Atau mungkin ada beberapa dari mereka hanya mendengar dari bapak ibunya, itupun kalo bapak ibunya cerita.
Toh ditengah carut marut penulisan sejarah oleh negara saat ini, mungkin, pilihan terhadap One Piece lebih berharga ketimbang perdebatan penulisan sejarah oleh pemerintah. Artinya, toh bagi anak muda; kami yang menghadapi kenyataan, bebas dong kalo kami mau cari referensi sendiri? Disinilah mereka teringat memori yang tertanam diluar sistem pendidikan, yaitu dunia komik yang kemudian diadaptasi dalam film kartun kesukaan yang disiarkan oleh televisi swasta yang disisipi iklan komersil.
Ketika televisi menyiarkan film kartun seperti One Piece mungkin hanya “ini film biasa untuk anak-anak, dan film itu tidak mengandung unsur-unsur berbahaya menurut badan sensor nasional”. Toh, itu menghasilkan banyak keuntungan.
Sialnya tahun 2025 para pengemar komik maupun film manga One Piece semakin tumbuh dewasa. Ketika angkatan one piece dewasa mereka menerima kenyataan yang diluar “Nurul” bagi mimpi-mimpinya. Disinilah mereka teringat kitab mimpi-mimpi yang tertanam dalam ingatannya, dan mereka ingin angin membawa layar-layar kapal menuju samudera. Ini bukan soal keberanian, bukan soal menjadi pahlawan; ini hanya soal sederhana seperti Monkey D. Luffy katakan, “Jika anda tak mengambil resiko, anda tak dapat menciptakan masa depan”
Di dunia nyata yang fana ini, para elit politik, segelintir orang super kaya (oligarki), birokrat, aparatus negara tampil menghiasi layar kaca. Ketika harga naik, upah dipajak semakin tinggi, dan lapangan pekerjaan tanpa syarat hanya tersedia diaplikasi sebagai ojek aplikasi.
Panas, hujan maupun badai yang dihadapi para pekerja aplikator layanan ojek, para pekerja yang bersesak-sesak di transportasi umum saat pulang dan pergi diperjalanan akan terbawa oleh apa yang terjadi dalam komik atau film manga One Piece: Kita lah bajak laut. Kitalah Monkey D. Luffy. Kitalah orang-orang diluar tatanan suci elit politik maupun penguasa ekonomi yang bicara A tapi hasilnya B bahkan tak jarang apa yang dikatakan mereka justru berbanding terbalik dengan kenyataan. Tak salah memang, sudah saatnya menyatakan “Kitalah bajak laut itu!”
“Pahlawan? Bukan! Kita Bajak Laut! Aku suka pahlawan. Tapi aku tidak mau jadi pahlawan.” Kata Monkey D. Luffy
Berkibarlah!