swara, JAKARTA – Yayasan Sinergi Perempuan Indonesia (SPI) bersama DPP Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Provinsi Sulawesi Utara menggelar Seminar Nasional bertajuk “Strategi Pemberdayaan SDM untuk Indonesia Maju Berdaulat” di Perpustakaan Nasional. Acara yang digelar secara hybrid ini menghadirkan tokoh-tokoh penting dari kalangan legislatif, lembaga masyarakat, hingga pelaku usaha.
Diskusi ini menyoroti tantangan sekaligus peluang dalam pemberdayaan masyarakat, sejalan dengan target RPJMN 2025–2029 yang menekankan penurunan kemiskinan, peningkatan kualitas SDM, serta pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Meski masih menghadapi hambatan seperti masalah ekonomi, keterbatasan panutan (role model), hingga faktor budaya, Indonesia memiliki peluang besar melalui kearifan lokal, kekayaan alam, budaya, serta perkembangan teknologi informasi yang dapat dioptimalkan untuk pengelolaan data dan strategi pemasaran yang lebih global.
Rahayu Saraswati: Mindset Perempuan Harus Mandiri

Anggota DPR RI sekaligus Wakil Ketua Komisi VII, Rahayu Saraswati Dhirakanya Djojohadikusumo, menekankan pentingnya kebijakan yang inklusif dalam pemberdayaan masyarakat.
“Permasalahan kesenjangan gender dan sosial ekonomi masih menjadi tantangan utama. Kita perlu mengubah mindset bahwa perempuan mampu dan mandiri,” tegasnya.
Saraswati yang juga aktif memperjuangkan hak perempuan dan anak menilai persoalan perdagangan orang berakar dari faktor ekonomi.
“Aspek ekonomi ini yang perlu dibenahi terlebih dahulu,” ujar politisi sekaligus aktivis sosial tersebut.
Ahmad Doli: Anak Indonesia Berkualitas, Butuh Kejujuran dan Disiplin

Sementara itu, menurut Ketua DPP LPM RI sekaligus Wakil Ketua Badan Legislasi DPR RI, Dr. H. Ahmad Doli Kurnia Tanjung, menyoroti potensi anak-anak Indonesia, khususnya dari wilayah timur.
“Anak-anak kita sebenarnya tidak kalah dengan anak-anak Barat. Faktor budaya kekeluargaan justru membuat mereka memiliki kecerdasan lebih, asal terus diberi dukungan,” ujarnya.
Doli menegaskan bahwa pembangunan SDM berkualitas harus ditopang oleh kejujuran, disiplin, dan dukungan dari orang-orang terdekat. Ia mencontohkan kiprah Prof. Yohanes Surya yang berhasil membina anak-anak di Indonesia Timur hingga berprestasi di ajang sains internasional.
Lucy Willar: UMKM Perempuan Butuh Support System
Sementara itu, Lucy Willar, Direktur sekaligus Founder iCSL, menekankan pentingnya teknologi informasi dalam pengembangan UMKM.
“Produk kearifan lokal jangan hanya diberi ruang saat pameran. UMKM harus diberi dukungan modal, pendampingan, serta akses pemasaran digital hingga ke level internasional,” jelas Lucy yang juga aktif di organisasi perempuan seperti Wanita Katolik RI dan KOWANI.
Menurutnya, literasi digital menjadi kunci agar UMKM, terutama yang dikelola perempuan, dapat bersaing secara global. Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah, swasta, DPR, dan lembaga pemberdayaan masyarakat mutlak diperlukan.
Di kesempatan yang sama, Ketua DPD LPM Provinsi Sulawesi Utara yang juga pendiri yayasan Sinergi Permepuan Indonesia, Emi Victoria Maturbongs, menegaskan pentingnya memastikan hasil diskusi dan strategi pemberdayaan tidak hanya berhenti di tingkat nasional, tetapi juga menyentuh masyarakat daerah.
“Pemberdayaan masyarakat harus menyasar hingga ke pelosok, termasuk di Sulawesi Utara yang kaya akan potensi alam dan kearifan lokal. Jika diberikan pendampingan berkelanjutan, maka masyarakat daerah bisa menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi nasional,” ujar Emi.
Ia menambahkan, sinergi antara pemerintah pusat, daerah, serta organisasi masyarakat akan mempercepat terciptanya SDM unggul yang mandiri dan berdaya saing.
(*)