Swara.BOLMONG – Suara mesin tambang yang menderu-deru di Site Bakan, Bolaang Mongondow, biasanya identik dengan kerja keras para lelaki. Namun pemandangan berbeda kini mencuri perhatian. Dari balik kabin raksasa Articulated Dump Truck (ADT), tampak beberapa perempuan muda dengan percaya diri mengendalikan setir alat berat seberat puluhan ton itu.
Fenomena ini bukan sekadar tontonan langka, melainkan hasil nyata dari komitmen PT J Resources Bolaang Mongondow (JRBM) bersama kontraktornya, PT Samudera Mulia Abadi (SMA), yang terus membuka ruang bagi masyarakat lokal melalui program pelatihan.
Sejak akhir 2022 hingga 2025, PT SMA telah sukses melahirkan tiga angkatan Training Basic Operator ADT. Tahun ini, program tersebut ditambah dengan Basic Mechanic Course yang akan dimulai September 2025. Peserta direkrut dari 14 desa lingkar tambang di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Selatan, dengan rekomendasi dari pemerintah desa masing-masing.
“Program ini bagian dari komitmen sosial perusahaan. Kami percaya, memberdayakan masyarakat lokal akan memberi dampak positif, bukan hanya untuk JRBM sebagai klien, tapi juga bagi pemerintah dan masyarakat sekitar,” ujar Muhammad Akmal Hasan, Deputy Project Manager PT SMA.
Yang membuat suasana training kali ini lebih menarik, hadirnya tiga peserta perempuan yang lolos seleksi. Kehadiran mereka seakan mematahkan stigma lama bahwa tambang adalah dunia maskulin. “Benar, tahun ini ada tiga peserta perempuan. Tahun depan, kami berharap bisa merekrut 14 perempuan, masing-masing dari desa lingkar tambang. Ini bentuk dukungan kami terhadap kesetaraan gender,” tambah Akmal.
Salah satu peserta adalah Mustika (25), perempuan asal Kotabunan, Boltim. Dengan semangat, ia bercerita bagaimana rasa penasaran membawanya hingga bisa duduk di kursi kemudi truk tambang raksasa. “Awalnya saya cuma bisa bawa mobil kecil. Tapi di training ini, saya belajar bagaimana mengendalikan unit besar. Semakin penasaran, semakin tertarik mencoba hal-hal baru,” tuturnya.
Ia mengaku bangga bisa menunjukkan bahwa perempuan juga mampu. “Pengalaman ini membuat saya bisa bilang ke teman-teman, perempuan juga bisa bawa unit sebesar ini. Harapan saya, bisa jadi motivasi untuk perempuan lain, bahwa kita tidak hanya di dapur saja,” ujarnya dengan tersenyum.
Sementara itu, Jessica Modeong (23) dari Desa Bakan, Bolmong, mengaku pelatihan ini adalah pengalaman pertamanya di dunia tambang. Ia direkomendasikan desanya untuk ikut program ini.
“Awalnya sempat ragu, tapi saya ingin tunjukkan yang terbaik. Dari nol, saya belajar materi sampai bisa paham. Harapannya, bisa membuktikan bahwa perempuan juga mampu. Bahkan sebelum ikut, saya sudah tertarik karena lihat di medsos ada perempuan yang jadi operator,” katanya.
Peserta termuda, Rachmi Suleman (19), juga punya kisah berbeda. Terinspirasi oleh ayah dan kakaknya yang bekerja di tambang, ia yakin ingin mengikuti jejak keluarga. “Saya ingin menambah pengalaman sebanyak mungkin dan membuktikan bisa seperti mereka,” ucapnya mantap.
Langkah PT JRBM dan PT SMA memberi kesempatan bagi perempuan ini mendapat apresiasi. Selain membuka peluang kerja, program ini juga menanamkan nilai kesetaraan gender di tengah masyarakat lingkar tambang.
Kini, keberanian Mustika, Jessica, dan Rachmi bukan hanya menginspirasi sesama peserta, tetapi juga menjadi simbol perubahan, bahwa tambang bukan lagi dunia eksklusif laki-laki. Dari balik kabin raksasa, perempuan juga bisa mengambil peran penting dalam roda industri, tanpa kehilangan jati dirinya.
Selain mendapat dukungan dari manajemen eksternal, keterlibatan perempuan di balik kemudi truk tambang raksasa juga mendapat apresiasi dari departemen Human Resources Business Partner JRBM. Bagi tim HRBP, kehadiran mereka adalah bukti nyata bahwa program pelatihan bukan hanya soal keterampilan teknis, melainkan juga tentang membuka ruang kesempatan yang setara bagi semua.
Romy Hidayat, Head of Human Resources Business Partner PT JRBM, menegaskan bahwa keberanian para perempuan muda tersebut selaras dengan komitmen perusahaan dalam mengembangkan SDM lokal.
“Kami melihat keikutsertaan perempuan dalam program ini sebagai langkah maju dalam membangun keberagaman dan inklusi di dunia kerja tambang. Tidak hanya memberi peluang kerja, tapi juga memberikan pesan kuat bahwa setiap orang, tanpa memandang gender, punya kesempatan yang sama untuk berkembang. JRBM bersama mitra kontraktor ingin terus menghadirkan ruang pembelajaran dan pengembangan yang adil bagi masyarakat lingkar tambang. Upaya ini juga menjadi bagian dari kontribusi kami dalam mendorong kesetaraan kesempatan, peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan, serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.”
Terkait itu, Andreas Saragih, General Manager External and Security PT JRBM, mengatakan, kehadiran operator alat berat perempuan ini tak hanya menjadi sorotan internal, tetapi juga mendapat dukungan penuh. Bagi JRBM, langkah ini sejalan dengan komitmen untuk terus membuka ruang bagi masyarakat lokal agar berdaya dan bisa ikut serta dalam roda industri pertambangan.
“Bagi kami, keterlibatan perempuan dalam operasi tambang adalah hal yang patut diapresiasi. Melalui program pelatihan yang dijalankan PT SMA bersama JRBM, kami ingin membuka ruang seluas-luasnya bagi masyarakat lokal, termasuk perempuan, untuk bisa terlibat dan berkembang. Kehadiran operator alat berat perempuan ini bukan hanya soal kesetaraan gender, tetapi juga bukti bahwa dunia pertambangan bisa memberikan peluang yang adil bagi siapa saja yang memiliki kemauan dan kemampuan,” ujar Andreas.
Ia menambahkan, langkah kecil seperti ini diyakini akan memberi dampak besar bagi desa-desa lingkar tambang. Semakin banyak masyarakat yang terlatih, semakin besar pula manfaat ekonomi dan sosial yang bisa dirasakan bersama. (*/rdks).